AIR TERJUN BATU MERAH 2 – ACEH TAMIANG
Perjalanan kami ini adalah lanjutan dari ekspedisi pencarian air terjun yang masih berada di aliran anak sungai gunung pandan, desa selamat, kec. Karang baru, Aceh Tamiang.
Selama kami berada di air terjun Batu Merah1 dan mandi di bawah cucuran air terjun. Salah satu kru kami, pak Armansyah Putra merasa penasaran, apakah ada lagi air terjun di atas aliran anak sungai ini. Berpegang dengan rasa penasaran akhirnya iapun naik ke atas air terjun tetapi lewat dari sisi kiri tebing air terjun. Sementara saya masih di air terjun batu merah sambil mengajari beberapa siswa jurnalis untuk mengambil foto air terjun.
Ternyata setelah satu jam kemudian, salah satu anggota kami turun dan member kabar bahwasannya memang masih ada lagi air terjun di atas air terjun batu merah ini, hanya saja jaraknya lumayan jauh.
Tidak butuh waktu lama, saya , yudi dan dua siswa jurnalis ini juga ikut naik ke atas tebing.
Awalnya memang terlihat sangat mudah mendaki tebing air terjun ini, tetapi ternyata luar biasa sulit. Bagaimana tidak, bebatuan di sisi tebing kiri air terjun ini tidak sepenuhnya bisa kita jadikan pegangan atau pijakan karena batuannya gampang sekali rompal jatuh ke bawah, penyebabnya karena sisi tebing ini ternyata bukan seluruhnya batu seperti sis tebing air terjun-air terjun yang pernah kami datangi sebelumnya, tetapi lapisan tanah berbukit. Terkadang kami harus bergelantungan dan hanya mengandalkan pegangan pada akar-akar pohon. Bukan hanya itu saja, bahkan kami harus melewati banyak sekali pohon rotan yang memang sangat subur tumbuh di sekitaran tebing air terjun batu merah ini. Dan yang paling berbahaya, waktu kami salah mengambil pegangan yang ternyata sarang semut. Wahhh.hhh lengkap abis dah petualangannya. Entah berapa puluh ekor semut yang menggigit badan kami.
Butuh waktu setengah jam untuk kami bisa naik ke atas puncak air terjun batu merah ini. Setelah itu kami berjalan lagi lebih kurang 20 menit menelusuri sungai untuk melihat air terjun selanjutnya. Rasanya kaki ini hampir tidak sanggup melangkah karena mungkin terlalu letih berjalan dan bergelantungan di tebing tadi. Semakin ke atas, maka semakin banyak juga kami lihat sisa-sisa pohon-pohon besar yang telah ditebang karena pembalakan liar.
Sesampainya di air terjun, rasa lelah dan sakit pelan-pelan mulai hilang. Bagaimana tidak, lihat saja begitu melihat air terjun sontak kami semua bersorak gembira. Rasanya tidak sia-sia usaha kami memanjat tebing menuju air terjun ini. Pesona Air terjun kedua ini memang sangat berbeda dari air terjun sebelumnya. Membuat timbul rasa syukur kami telah berada di lokasi ini dan bisa kami ceritakan pengalaman ini ke anak cucu kami nantinya.
Tinggi air terjun ini kira-kira 10 meter dan banyak sekali tumbuhan vertical yang menghiasi air terjun. Walaupun di air terjun ini tidak terbentuk kolam yang dalam, tetapi kami masih bisa menikmati puasnya mandi di bawah air terjun ini. Badan yang sebelumnya terasa sangat letih menjadi segar kembali karena pijatan cucuran air terjun ini.
Nah ini yang paling mengherankan, salah satu anggota kami menemukan kepiting kecil di bawah air terjun ini. Biasanya kepiting identik dengan daerah pesisir laut. Tapi ternyata, ada juga di atas gunung.
Sayangnya waktu kami sangatlah terbatas untuk berlama-lama di air terjun ini. Mau-tidak mau pukul 15.00 WIB kamipun harus kembali dengan menuruni tebing-tebing air terjun dan menelusuri sungai.
Kami yakin di atas aliran air terjun ini masih ada air terjun lagi di atasnya karena jika di lihat dari kontur tanah dan perbukitannya, masih ada potensi air terjun lagi. Dan InsyaAllah jika ada waktu dan kesempatan kami akan melanjutkan ekspedisi ini. Kami hanya meMohon do’a dan dukungan dari masyarakat aceh tamiang dan pemda agar dapat mengembangkan dan menjaga potensi luar biasa yang telah dianugerahkan di Bumi Muda Sedia ini.