MESJID UNIK TANPA KUBAH DI PADANG
Perasaan saya sangat lapang ketika selesai mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) selama 12 hari di kota Padang ini. Bak anak burung yang baru keluar dari sarangnya, sayapun keluar menjelajah keindahan kota Padang. Walaupun saya memiliki waktu hanya setengah hari untuk traveling di kota Padang karena mau tidak mau harus segera kembali ke Aceh, tetapi saya dan kawan-kawan mencoba untuk memanfaatkan waktu tersebut semaksimal mungkin. Perjalanan ini kami awali dengan menelusuri pasar tradisional di Padang dan mencicipi beberapa kuliner khas kota Padang. Setelah puas menjelajah pasar Saya searching-searching di internet banyak sekali wisata di kota Padang yang didominasi banyak wisata pantai. Tetapi pilihan saya jatuh ke Mesjid Sumatera Barat karena berasa lebih kental budaya padangnya daripada ke pantai. Tidak tahu kenapa, saya lebih suka dengan hal-hal yang berbau budaya.
Jarak masjid Sumatera Barat ini dengan pasar tidaklah jauh, jaraknya kurang lebih 15 menit jika menggunakan angkot atau grab. Mesjid Minang kabau ini berlokasi di tempat paling strategis gaezz yakni persis di jantung ibukota tepatnya dipersimpangan antara jalan kapten sulaiman dan Jl. KH. Ahmad Dahlan Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat.
Begitu sampai di halaman mesjid, saya sudah bergumam dalam hati sendiri “ widiihh besarnya mesjid nie”. Mesjid ini terlihat megah dengan taman-taman luas di sekitar perkarangan mesjid. Dan memang sudah heran sendiri melihat mesjid ini tidak ada kubah seperti mesjid pada umumnya.
Tidak perlu menunggu lama, saya dan teman-teman lain langsung berfoto-foto di depan pintu masuk mencoba untuk mengabadikan moment itu dari berbagai angle kamera karena ternyata spot disini jadi favorit berselfie ria. Mesjid ini memang sudah menjadi ikoniknya kota Padang. Terlihat banyak sekali wisatawan yang datang kesana, Bukan saja menjadi tempat beribadahnya umat muslim disana tetapi sudah menjadi bagian budaya kota Padang. Saya sedikit terheran karena ada beberapa fotografer dan pengantin berfoto-foto disana, ohhh ternyata taman mesjid ini juga menjadi tempat favorit foto pre wedding juga.
Cerita punya cerita ternyata mesjid ini sendiri didirikan atas saran dari Wakil Presiden Indonesia kepada Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi untuk membangun mesjid raya di Padang, Bapak Yusuf Kalla pada saat itu tengah melakukan pertemuan dua orang kepala negara di bukit tinggi. Jadi pada waktu itulah pak Yusuf Kalla mengatakan kepada pak Gamawan Fauzi bahwasannya “ Sumatera Barat mempunyai filosofi : Adat bersendi Syara’, Syara’ bersendikan Kitabullah, kok gak punya mesjid besar dan megah yang menjadi kebanggaan Sumatera Barat yang memiliki filosofi itu, sedangkan kami saja di Makasar yang tidak punya filosofi sebagus, seindah dan seagung itu tetapi punya banyak mesjid besar”. Jadi pada saat itulah timbul tekad dari Pak Gamawan Fauzi untuk mewujudkan apa yang dikehendaki pak Yusuf Kalla dan melakukan sayembara desain mesjid Raya Sumatera Barat ini yang diikuti oleh 323 peserta arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007 dan dimenangkan oleh arsitek Rizal Muslimin.
Sumatera Barat kini patut berbangga karena bangunan mesjid sumatera barat ini ternyata dirancang tahan gempa hingga 10 skala ritcher (SR) sekaligus sebagai tempat penyelamatan jika terjadi tsunami dengan memiliki bentuk yang megah dan tersohor dimata wisatawan dan menjadi destinasi religi dan arsitektur yang populer saat ini di Padang.
Memang kalau saya lihat sekilas terlihat bentuk mesjid ini seperti gonjong rumah adat Minangkabau. Tetapi gonjong masjid sumatera barat ini ternyata bukan semata-mata meniru gonjongnya rumah adat Minangkabau gaezz. Tetapi itu adalah filosofi dari arsitektur yang membuat perencanaan pembangunan mesjid ini yaitu diambil dari sejarah dahulu kala sewaktu nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi rasul. Sebenarnya atap mesjid ini menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan empat kafilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu hajar aswad di Mekkah. Bila diperhatikan bentuk ke empat sudut ini berbentuk gonjong seperti pada rumah adat Minangkabau.
Tidak hanya itu saja, setiap bagian dari bangunan luar mesjid ini sangat kental dengan ukiran khas budaya Sumatera Barat. Baik dinding dan tiangnya merupakan percampuran antara budaya islam dengan adat Minangkabau ditambah perpaduan warna emas membuat bangunan mesjid ini serasa etnik tetapi mewah. Iseng-iseng nih saya mempelajari satu persatu bentuk ukiran di mesjid ini, semakin saya pelajari semakin takjub saya dengan budaya Minangkabau karena ternyata setiap ukiran memiliki arti dan membuat saya sadar betapa kayanya budaya disini. Ambil contoh nie salah satu dari bagian kubah mesjid.
Kemudian pada dinding mesjid terdapat bentuk ukiran empat sudut yang mengandung arti Minangkabau sebagai taudinan ampek yakni Alqur’an, injil, Taurat dan Zabur.
Begitu saya masuk ke dalam mesjid Raya Sumatera Barat ini saya semakin terpana karena ternyata di dalamnya juga menyajikan keunikan dari interior . Mulai dari kaligrafi dan ukiran khas Minangkabau yang bernuansa islami serta bagian mihrab yang bentuknya menyerupai batu hajar Aswad. Ada juga ukiran Asmaul husna di dinding-dinding masjid. Bagian atas mesjid juga terlihat sangat mewah dengan warna putih dan garis-garis diagonalnya seperti kipas yang membuat saya semakin terpukau dengan desain arsitekturnya. Sampai gelengg..geleng kepala karena salut saya melihatnyaa. Hee.hee. Mesjid ini hadir dengan 3 lantai dengan daya tampung mencapai 20.000 jama’ah. Lantai pertama dapat menampung sekitar 15.000 jama’ah sedangkan lantai 2 dan 3 sekitar 5000 jama’ah.
Pada bagian belakang mesjid ini terlihat sedang ada project pembangunan sebuah Menara dan taman yang saya yakin bakalan semakin memperindah Mesjid Sumatera Barat ini. Mudah-mudahan jika saya ada kesempatan datang ke Padang lagi, proses pembangunan mesjid ini sudah siap 100%. (Jadi penasaran hasil akhir pembangunannya).