AIR TERJUN ALUR KERING – SENSASI SERUNYA PETUALANGAN DI ACEH TAMIANG
“eh Pak, ada air terjun baru loh pak di Pulo tiga, saya udah pernah kesana kemaren sama kawan-kawan saya”, entah kenapa tiba-tiba Mukram, siswa saya dengan sangat antusianya memberitahukan begitu. Pastinya mau pamer karena emang nie anak udah tau banget kalau cek Gunya suka traveling. Ha..ha.ha.
“Yang betol nie Kram, dimana?”, tanya saya pada Mukram dan sekalian memintanya untuk jadi guide. Cerita punya cerita ehhh ternyata lokasi air terjunnya berada di Bukit ANjeng tepatnya di desa pulo tiga. Perasaan saya agak kesel dan merasa minim informasi banget sih karena gak nyangka selama 2 tahun saya pernah lewat bukit itu untuk traveling ke kuala paret dan goa kalamuning tapi gak tau kalau ada air terjun di bawah bukit Anjeng.
Bagi yang belum tau, istilah bukit anjing itu adalah nama yang ditabalkan masyarakat sekitar bukan karena bentuk bukitnya seperti anjing atau pun banyak anjing disana. Tetapi karena bukit yini terlalu tinggi dan curam. Sering sekali sepeda motor yang naik ke bukit ini bisa mati tiba-tiba karena tidak kuat tarikan mesinnya. Jadi mau tidak mau harus nyorong sepeda motor dan setapak demi setapak menaiki bukit ini. Karena kelelahan, banyak yang nafasnya ngos-ngosan menaiki bukit ini seperti anjing lagi bernafas. Haa.haaa kalau difikir-fikir emang iya …
Well kalau sudah penasaran, rasanya saya mau cepet-cepet berangkat. Planingpun saya atur dan saya ajak my travelmate Pak Armansyah Putra & Yudi Ananta untuk ke air terjun sekalian berkemah ke Gunung Pandan karena kebetulan aja nich bertepatan dengan nada acara arisan sekolah disana. Lagipun memang sudah lama kami gak traveling karena berbagai kesibukan masing-masing.
Karena sekalian berkemah, agak lumayan banyak barang bawaan yang harus kami siapkan untuk berkemah. Mulai dari tenda dome, alat masak, senter, makanan dan lain-lain. Sayapun gak ketinggalan mempersiapkan kamera seperti biasanya.
Kami berangkat pukul 8.00 WIB dan destinasi pertama kami ke desa Pulo Tiga dulu ke rumah teman kerja saya pak Kuswanto untuk menitip barang disana sekalian bersilaturahmi. He..heee maklum barang bawaan kami berat apalagi mukram bilang di lokasi air terjun tidak ada tempat parkiran dan harus tracking lagi ± setengah jam. Sekitar jam 09.00 WIB kamipun sampai di rumah pak kus, ngobrol-ngobrol sebentar & langsung berangkat.
Jarak antara pulo tiga dengan bukit anjing ini tidaklah begitu jauh, kira-kira ± 1 jam kami sampai disana. Nie dia nie yang gak saya suka tapi terpaksa. Karena tidak ada tempat parkiran, jadi mau tak mau kami harus menyembunyikan dulu sepeda motor kami di dalam perkebunan kelapa sawit di bawah bukit anjing ini. Yaa untuk jaga-jaga karena sudah pasti sangat rawan parkir kendaraan di pinggiran jalan sementara lokasi air terjun masih jauh dan hanya bisa ditempuh dengan tracking menelusuri aliran sungai. Tak lupa juga saya gembok cakram sepedamotor yang memang selalu saya bawa.
Perjalanan kami lanjutkan dengan menelusuri aliran anak sungai yang airnya lumayan jernih walaupun debit airnya kurang banyak. Karena memang berada di areal perkebunan kelapa Sawit, jadi hutan di sekitar air terjun ini sudah tidak banyak pohon-pohon besar yang ada di pinggiran sungainya. SUara-suara burung dan binatang-binatang layaknya di hutan juga tidak begitu banyak saya dengar. Dan saya yakin faktor ini juga yang membuat debit aliran sungainya menjadi sedikit. Yahhh begitulah kalau hutan sudah dijadikan perkebunan kelapa sawit.
Bagi saya tracking menuju air terjun ini bener-bener seru karena melewati banyak batu-batu besar dan masih bisa menikmati keindahan alam. Mungkin karena masih muda dan kaki masih kuat berjalan, jadi kalau ada trackingnya
lebih berasa berkesan travelingnya daripada pergi ke spot wisata, naik kendaraan langsung sampai. Gak seruuu oiii.
Setelah tracking setengah jam sampailah kami di tingkatan pertama air terjun. Lagi-lagi saya dibuat terperanga dengan panorama yang ada di Aceh Tamiang ini. Lain air terjun memang lain lagi keindahannya, saya Cuma bisa bersyukur keindahan air terjun alur kering ini ada di daerah kelahiran saya sendiri. Begitu datang saya melihat kolam yang lebar dan jernih serta bentuk air terjun yang di kanan kirinya seperti pintu gerbang yang dinding-dindingnya terbentuk dari batu alam dan diatasnya terdapat banyak pohon-pohonan yang rindang menyelimuti aliran sungai. “woooo.oooohuiiiii Sontak suara girang dan teriakan saya dengan teman-teman membuat suasana terasa ramai di siang itu. Rasanya semua Lelah di badan ini langsung hilang. Malahan Yudi dan Pak Arman langsung aja nyebur begitu meletakkan tas di batu-batu besar yang ada di tengah aliran sungai air terjun ini. Sementara kesenangan saya dan Bayu berbeda, kami rasanya sudah tidak sabar mengabadikan segala keindahan dalam kamera yang kami bawa dengan berbagai angle.
Ditingkatan kedua air terjun ini yang lumayan tinggi sekitar 4 meter dengan kolam kecil di bawahnya. Satu persatu murid-murid saya menaiki tingkatan kedua ini. Kelihatannya mudah kali lah. Tapi ternyata dengan umur saya dan berat badan saya sekarang, kok payah ya. Sampai harus minta pertolongan murid saya baru bisa naik ke puncaknya, Haaa.haa.
Karena penasaran saya mulai telusuri aliran sungai di atas air terjun ini. Ternyata dari atas jaraknya lebih dekat dari pinggir jalan raya dengan air terjun. Tapi ya itu, bakalan sulit kalau turun ke bawah air terjun dengan barang bawaan seperti tas dan makanan karena terlalu ekstrem dan pastinya basah karena memang tidak ada jalan disamping kanan atau kiri air terjun. Iseng-iseng kami jalan ke atas dan ehh ternyata dekat dengan pos pintu masuk perkebunan kelapa sawit PT. Ampli. Sayapun langsung mendatangi pos jaga tersebut dan banyak berbicara dengan penjaga pos untuk sekedar tanya-tanya dimana lagi ada lokasi potensi wisata alam Aceh Tamiang di sekitar itu.
Nah saran nie bagi yang pengen datang ke air terjun ini: Sebaiknya parkir kendaraan bermotor di pos ini aja karena lebih aman dan penjaga posnya juga ramah-ramah. Ya hitung-hitung bagi rezeki jaga parkir dan yang paling penting motor kamu gak ilang, Ya gak?
Setelah puas berenang-renang dan mandi air di bawah derasnya pancuran air terjun, kamipun makan dan bergegas balik ke lokasi disembunyikan kendaran kami. Tetapi karena masih pukul 03.00 WIB, bukannya pulang malah saya ajak semua anggota untuk singgah sebentar menikmati keindahan alam di Goa Kalamuning karena memang jaraknya sangatlah dekat dengan bukti anjing. Hanya saja bagi orang baru kesana dan gak ada guide bisa mudah kesasar karena tidak ada petunjuk jalan menuju ke Goa Kalamuning ini. Dari semua kru pun, ternyata Cuma saya dan Pak Armansyah aja yang pernah ke goa yang penuh dengan cerita legenda masyarakat sekitar.
Potensi wisata di Aceh Tamiang sebenarnya sangat banyak bahkan saya sampai geleng-geleng kepala sakin takjubnya dengan berbagai keindahan alamnya. Hanya saja memang belum terekspose dan akses jalannya sulit ditempuh. Kalau direnung-renungkan ternyata saya cukup beruntung menjadi guru di SMK karena kebanyakan siswa/i SMK itu berasal dari pelosok-pelosok daerah yang terpencil dan dipedalaman yang berharap setelah tamat sekolah langsung kerja. Nah dari merekalah saya banyak mendapatkan info potensi wisata Aceh Tamiang, walaupun ada beberapa yang kami dapat karena ekspedisi